Peran pemimpin
sangat penting dalam usaha mencapai tujuan suatu organisasi dengan kkata lain
keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi sebagian besar sangat ditentukan
oleh kualitas kepemimpinan. Didalam birikrasi (organisasi), kita mengenal
tingkatan pemimpin yang terdiri atas :
a.
Pemimpin tingkat atas
(top management)
b. Pemimpin
tingkat menengah (midle management)
c.
Pemimpin tingkat bawah
(lower management)
Level ini juga menggambarkan
perbeedaan tugas dan tanggung jawab didalam birokrasi, sekaligus memberikan
indikator evaluasi yang di lakukan.
·
Tingkatan top liader:
kepentingan: setratejik, visi misi, kerjasama, tujuan, kemanusiaan sehingga
menghasilkan dampak.
·
Midle : kepentingan:
kualitas, waktu, tanggapan, kepuasan konsumen, pemborosan : outcames.
·
Lower : kepentingan:
kemampuan teknis, kreatifitas, kerjasama, SDM: input-output.
Salah satu
peranan pentinga pemimpin dalam meningkatkan pelayanan publik menuju pelayanan
prima adalah memberi motivasi bawahan.
Efissiensi dan produktifitasnya yang tinggi dapat dicapai bila pemimpin
berperan secara efektif dalam mengkoordinasikan semua bawahan dilingkunganya.
Produktifitas adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dalam jangka waktu relatif singkat dan
mencapai tingkat hasil yang memuasakan.
Selain itu
pemimpin berperan untuk mengubah informasi menjadi pernyataan kebijakan
(petujuk). William N. Dunn(2001), membagi delapan bentuk atau cara untuk
mmengubah informasi menjadi pernyataan kebijakan, yaitu sebagai berikut:
1.
Cara otoritatif,
pernyataan kebijakan didasarkan pada argmuen dari pihak yang berwenang.
Informasi dirubah menjadi informasi tas
dasar asumsi tentang setatus yang dicapai ataupun diperoleh pembuat informasi.
2. Cara
statistik, pernyataan kebijakan didasarkan pada argumen yang diperoleh dari
sampel. Informasi dirubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi bahwa apa yang
benar bagi para anggota sampel juga benar bagi seluruh anggota populasi yang
tidak tercakup oleh sampekl itu.
3. Cara
klasifikasional, pernyataann kebijakan didasarkan pada argumen yang berasal
dari argumen keanggotaan. Informasi dirubah
menjadi pernyataan kebijakan atas dasar asumsi bahwa apa yang benar bagi
suatu kelas individu ataumepun kelompok yang merupakan anggota kelas yang
bersangkutan.
4. Cara
intuitif, pernyataan yang didasarkan pada argumen yang berasl dari bathin (insight).
Informasi dirubah menjadi pernyataan kebijakan atas dasar asumsi tentang
situasi mental dalam (inner-mental states) dari pembuat informasi tersebut.
5. Cara
analisentrik, peryataan didasarkan pada argumen ang berasal dari metode.
Informasi dirubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang validitas metode
atau aturan yang diterapkan oleh analis.
6. Cara
eksplanatori, pernyataan dibuat atas dasar argumen yang dibuat dari suatu
penyebab. Informasi di ubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang adanya
kekuatan penyebab terebab tertentu (causes), dan hasilnya (effects).
7. Cara
pragmatis, pernyataan didasarkan dari argumen yang berasal dari motivasi, kasus
parallel atau analogi.informasi dirubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi
tentang daaya pengaruh tujuan, nilai dan dorongan; asumsi tentang kesaamaan antara
dua kasus pembuatan kebijakan.
8. Cara kritik nilai,
pernyataan didasarkan pada argumen yang berasal daari etika. Informasi dirubah
menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang kebenaran atau kekeliruan,
kebaukan atau kejelekan dari kebijakan dan konsekuensi.
Sumber:
·
Dunn, N.W. 2000. Pengantar Analisisn Kebijakan Publik,
II. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University Press.
·
Sadhana Kridawati.
2010. Etika Birokrasi Dalam Pelayanan
Publik. I. CV Citra Malang. Hal.189-192.
0 komentar:
Posting Komentar