Home » » Kemiskinan dan politik

Kemiskinan dan politik

Written By Unknown on Selasa, 10 Desember 2013 | 23.32


Sebelum kita membicarakan lebih lanjut terkait hubungan maupun pengaruh kemiskinan terhadap politik, lebih baik kita pahami dulu pengetian dari kedua variabl tersebut antara kemiskinan dan politik
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan

Daftar rujukan: Frances Fox Piven, Richard A. Cloward, Regulating the Poor: The Functions of Public Welfare, Vintage Books 1993

Politik adalah suatu gejala kekuasan, kewenangan, pengaturan, ketaatan dan ketertiban. Jika di sederhanakan lagi , sama halnya dengan kewenagan dan pengaturan kekuasaaan (power) dan pengaruh (influence)merupakan suatu keseimbangan atau  konsekuensi logis.

Daftar rujukan: soyomkti, nurani. komunikasi politik. Intrans publising wisma kali metro.malang. hal.17


Hubugan kemiskinan dan politik dalam sebuah kasus naiknya harga kedelai 
      Akhir –akhir ini kita di kejutkan dengan adanya kenaikan bahan pokok yang melonjak tinggi, yaitu kedelai. Menaiknya harga kedele sebagai bahan tempe dan tahu secara tidak rasional, sehingga tidak sedikit pengusaha yang memproduksi makanan rakyat ini terpaksa mulai gulung tikar, kerena tidak sanggup membeli kedele yang harganya yang membumbung tinggi. Bahkan tidak sedikit rakyat yang hidupnya pas-pasan kebingungan untuk mencari lauk pengganti tahu dan tempe yang terjangkau harganya dengan penghasilan mereka.
      Di samping itu juga, barang-barang yang menjadi kebutuhan lain berangsur naik harganya dengan rasional. Tidak kalah penting yaitu, minyak tanah sebagai bahan bakar yang paling dominan dipakai oleh orang miskin di samping harganya yang mahal juga sangat sulit untuk diperoleh. Sementara itu kompor gas untuk orang miskin yang disubsidi pemerintah tidak mencukupi kerena jumlahnya terbatas pada wilayah tertentu.  Dengan naiknya harga barang  yang sangat akrab dengan rakyat kecil ini, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka dan meningkatnya angka kemiskinan.
      Dari realitas yang dihadapi oleh orang miskin di negeri ini dapat dikatakan potret kehidupan sosial mereka masih suram. Mereka belum banyak di temui oleh program-program pemerintah yang mensejahterakan keidupanya. Nasib mereka baru tersentuh dalam permainan kampanye dari partai politik. Seluruh partai politik yang ikut dalam pemilihan umum pasti menawarkan janji-janji manis yang menyulap perubahan nasib para kelompok yang dijuluki wong cilik ini.
      Nasib orang miskin terjebak dalam permainan politik dan masih terperangkap dalam harapan-harapan yang tidak ada kepastian. Mereka belum ada yang memperjuangkan untuk keluar dari kemiskinan. Dewa penyelamat orang miskin, hanya dirinya sendiri. Belum ada gebrakan yang signifikan nampak dari berbagai kalangan. Orang miskin di Indonesia, sangat memerlukan tindakan serta ide-ide yang cemerlang yang mampu merubah nasibnya, sehingga orang-orang miskin di negera tersebut bisa diperdayakan dengan sungguh-sungguh oleh pemerintah. Di Indonesia, orang miskin sedang menunggu sentuhan tangan yang benar- benar nyata dan mereka sudah bosan berada dalam janji-jani politik.
    Dalam menghadapi pemilu tahun 2014, akankah orang-orang miskin yang lelah ini menjadi komediti politik? Secara pasti mereka akan tetap menjadi langganan komoditi kampanye oleh partai politik. Kapan potret buram orang miskin ini akan mampu dicut ? jawabannya tidak pasti, mengingat lambannya program pemerintah yang menyentuh mereka dan tidak adanya gebarakan yang signifikan dari berbagai kalangan.
Bahkan orang miskin, sering berada dalam lompatan program pemerintah yang gagal. Lihat misalnya, semenjak era orde baru telah dicoba mengentaskan kemiskinan dengan program Inspres Desa Tertinggal (IDT) hasilnya pun gagal dan tidak signifikan hanya menjadi proyek pemerintah.


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.